Kamis, 21 Maret 2013

Tur Buku Editing Unpad



“Mahasiswa itu merupakan pelajar di luar kampus, ‘ruh’ nya adalah mampu memecahkan teori menjadi hal nyata, dialami dan diamalkan. ”

Ya, di tengah pola pengajaran koservatif di dalam kelas, saya mencoba sesekali mengajar di lapang parkir yang masih ada rerumputan. Itu didasari atas kebiasaan saya waktu kuliah sekitar tahun 1998an untuk tidak diam setiap waktu luang datang, dengan berjualan baju atau kerajinan di depan jalan raya yang masih banyak ruang kosong. Juga, setiap hari libur berhubung teman dari berbagai daerah, supaya setiap pulang membawa barang hasil bumi yang orang tua mereka tanam atau kerajinan untuk dijual jika kembali ke kosan. Misalnya, melinjo dan petai dari Cilegon Banten serta sandal tarumpah, baju koko, mukena, dan gamis dari Tasikmalaya. Indahnya. Laba yang kami usahkan bisa untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Imbasnya juga ketika jadi editor dan penata letak naskah, ketika teman-teman di redaksi koreksi naskah, baca koran, kadang-kadang ketiduran sampai tiba waktu pulang, saya malah memanfaatkan waktu jenuh daripada tidur pergi ke bagian lain seperti pemasaran, distribusi, dan produksi.

Berlanjut dari cerita tersebut, zaman begitu cepat berubah. Adanya keharusan yang sangat mengikat dan terealisasi secara cepat bagi mahasiswa untuk berwirausaha atau pekerja yang punya daya saing, menuntut saya sebagai pengajar untuk mengimplementasikan secara cermat teori dan desain yang mereka buat.  Itulah salah satu esensi dari mata kuliah yang saya ajarkan, tipografi dan desktop publishing.

Oleh sebab itu, kami berencana pada akhir bulan April 2010 melakukan tur unik, yaitu menjambangi beberapa usahawan menengah dan kecil, yang tanpa disadari turut serta membangun kualitas prima dan berkesinambungan dalam usaha penerbitan buku dan percetakan. Hasil yang diharapkan, yaitu agar mahasiswa meneliti: (a) perkembangan tentang teknik, kualitas, dan desain cetak yang sekarang sudah sangat maju; (b) penerbitan buku kaitannya dengan tren e-book sekarang; (c) estimasi biaya produksi sebuah produk cetak, serta (d) strategi gemar “membaca” yang pada dasarnya tidak hanya untuk buku saja tetapi kebiasaan membaca kain rentang (spanduk), brosur, dan bentuk-bentuk lain yang pada akhirnya menginspirasi untuk membaca buku.

Tur unik ini, di antaranya ke beberapa usaha berikut.
  1. Toko buku Indipenden di Bandung, di antaranya:
    1. Perpustakaan Rumah Buku yang menyediakan banyak buku-buku luar negeri yang bisa mengispirasi mahasiwa untuk . Uniknya rumah buku ini, tiap hari dibuka pukul 4 sore sampai pukul 7 malam. Ketika ditanya mengapa bukanya cuman 3 jam dan pada sore hari? Mereka menjawab bahwa yang datang ke tokonya kebanyakan merupakan anggota tetap dan sudah bekerja. Selain itu, jika yang datang lebih dari 1 jam akan ditawari minum kopi gratis.
    2. Zentech dan Polar Repro yang merupakan basis produksi film cetak, digital print terbaru (mereka punya printer yang bisa mencetak langsung di berbagai jenis bahan, misalnya kaca, triplek, plastik, dll).
  2.  masih dipikirkan:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar