Kamis, 21 Maret 2013

Kelebat Industri Kreatif dari Ruangbaca Buku Bandung






Blok M Book










Sebuah harapan sewindu yang lalu, Blok M Book. Membuat ruang baca di kawasan rumah susun tertua di Bandung, dibilangan Sarijadi. Nama Blok M disematkan karena ruangbaca tersebut berada di rusun blok M. Ya, kini tinggal kenangan. Akan tetapi, setidaknya saya sudah bergerak untuk menanamkan budaya baca di rusun tersebut. Saya merasa tertarik untuk membuka ruangbaca ini dikarenakan pada waktu itu Bandung dilanda demo besar-besaran mengenai ribuan karyawan IPTN yang di-PHK. Dan, rusun ini kebanyakan dihuni oleh para karyawan tersebut yang kemudian efek setali tiga uang anak-anak mereka terlantar. Ironisnya, pas pembukaan ruangbaca Blok M Book ini saya resign kerja dari perusahaan penerbitan yang bias dibilang besar di Indonesia. Hell yeah brow…



Nusantara Bandung Library



Yeah, membaca Kompas Suplemen Jawa Barat, tentang adanya wacana pengubahan Plasa Nusantara, tempat saya nonton film bioskop serta tempat di mana sepuluh hari sebelum Lebaran untuk berbelanja 20 tahun ke belakang, menjadi perpustakaan, sangat menarik. Apa sebab? Ketika pemetaan pusat perbelanjaan di Kota Bandung menjadi tersebar, saatnya lah pola pengolaan pusat kota menjadi kreatif, melihat ke belakang untuk maju ke depan. Bandung adalah salah satu kota pendidikan, kota sejarah, dan juga kota ekonomi kreatif. Disaat hariwangnya institusi pendidikan terutama universitas akan banyaknya lulusan yang menganggur, tibalah saatnya—walaupun agak terlambat—untuk mengubah salah satu gedung yang dimiliki Pemkot Bandung, Plasa Nusantara, menjadi Perpustakaan Nusantara. Ya, dengan luasnya areal serta tempat yang strategis berhadapan dengan Taman Mesjid Agung, Pendopo Walikota Bandung, serta di sekelilingnya pusat perbelanjaan, tidak menutup kemungkinan kawan lama tempat nongkrong yang paling asoy kembali marak. Itu pada akhirnya juga meningkatkan pendapatan daerah dari berbagai aspek. Lebih jauh berpikir ke depan jika budaya baca melalui letak perpustakaan yang strategis ini terealisasi, tidak menutup kemungkinan para pengusaha/pedagang baru bermunculan dengan lebih beretika dan profesional, mahasiswa bisa memanfaatkan salah satu space yang ada untuk berdiskusi serta realisasinya di era perdagangan bebas ini, masyarakat bisa membaca buku secara nyaman. Juga, terutama bagi para guru, dosen, serta program pemerintah yang mengobarkan semangat ini secara membumi ke masyarakat.

Tak terbantahkan, seperti dikutip oleh Mas Putut Widjanarko, seorang alumnus Fisika ITB, dalam bukunya Elegi Gutenberg: Memposisikan Buku di Era Cyberspace bahwa, “…, diri pribadi yang bertafakur tergusur diterpa kemeriahan kebudayaan semua-elektronik. Akibat lain, adalah tergerusnya bahasa. Kompleksitas, parodi, ironi, ambiguitas, kekayaan dan kelembutan bahasa menghilang. Digantikan oleh bahasa robotik, teknis, langsung, sederhana, dan tergesa-gesa. Bahkan, perspektif sejarah orang pun mendangkal. Itu dikarenakan kesinambungan sejarah, dalam batas tertentu, dapat dilihat secara fisik dari akumulasi jumlah buku di perpustakaan. Semakin banyak bukunya, semakin jauh kita bisa tarik sejarah ke belakang. Buku, tak ubahnya, seperti penyambung ke masa lampau. Sekali penyambung itu putus, masa lalu pun menjadi memudar. Data base dan internet, sebaliknya, menghilangkan kepekaan terhadap kronologi, kepekaan terhadap garis waktu. (Dan hal itu, takapa jika budaya baca bersama sama melaju kencangnya—penulis).”

Akhirnya, takaneh jika seorang pekerja Indonesia di Tokyo Jepang, waktu libur membawa keluarganya ke perpustakaan nasional di sana. Kenapa gerangan? Ternyata perpustakaan di sana layaknya seperti tempat wisata. Selain tempatnya di pusat kota, pembaca bisa sesuka hati membaca bahkan sambil duduk di lantai/kursi/karpet yang nyaman, bercengkrama bersama keluarga. Juga, Anda mungkin terheran heran jika datang ke perpustakaan terbesar di dunia, Library of Congres, AS. Perpustakaan ini didirikan tahun 1800, yang menyimpan 108 juta terbitan. Panjang rak perpustakaan ini sekitar 851 kilometer dan mempekerjakan 4.700 karyawan. Lalu bagaimana Bandung? Dalam hal ini saya sangat mengapresiasi STT Telkom, karena banyak menerbitkan buku internal bagi mahasiswa padahal institusi pendidikannya merupakan barometer ilmu teknologi informasi di Indonesia, serta perpustakaannya yang ciamik.
Dani R. Hasanudin
Dosen Tipografi dan Desktop Publishing
pada Program DIII Penerbitan (Editing)
Fakultas Ilmu Budaya Unpad 
Bekerja di Penerbit Balatin Pratama

Tipografi



Anatomi Font Huruf pada Tipografi dipakai sebagai pengidentifikasi klasifikasi font juga untuk membuat font baru. Langkah awal untuk mempelajari tipografi adalah mengenali atau memahami anatomi huruf. Gabungan seluruh komponen dari suatu huruf merupakan identifikasi visual yang dapat membedakan antar huruf yang satu dengan yang lain.
Apabila kita telah memahami anatomi huruf secara baik, dengan mudah kita dapat mengenal sifat dan karakteristik dari setiap jenis huruf. Berikut adalah terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf.
Setiap individu huruf, angka, dan tanda baca dalam tipografi disebut sebagai character. Seluruh character secara optis rata dengan baseline. Tinggi dari badan huruf kecil secara optis rata dengan x-height. Setiap character apakah huruf besar atau kecil memiliki batang (stem) yang pada bagian ujung-ujungnya dapat ditemukan beberapa garis akhir sebagai penutup yang disebut terminal. Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan garis (strokes) yang terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar (basic stroke) dan guratan garis sekunder (secondary stroke).
Apabila ditinjau dari sudut geometri, maka garis dasar yang mendominasi struktur huruf dalam alfabet dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu:
  1. Kelompok garis tegak-datar; EFHIL
  2. Kelompok garis tegak-miring; AKMNVZXYW
  3. Kelompok garis tegak-lengkung; BDGJPRU
  4. Kelompok garis lengkung; COQS
Huruf memiliki dua ruang dasar bila ditinjau dalam hukum persepsi dari teori Gestalt, yaitu figure dan ground. Apabila kita menelaah keberadaan ruang negatif dari seluruh huruf maka secara garis besar dapat dipecah menjadi tiga kelompok, yaitu:
  1. Ruang negatif bersudut lengkung; BCDGOPQRSU
  2. Ruang negatif bersudut persegi-empat, EFHILT
  3. Ruang negatif bersudut persegi-tiga, AKMNVWXYZ
Perhitungan tinggi fisik huruf memiliki azas optikal-matematis, dalam pengertian bahwa dalam perhitungan angka, beberapa huruf dalam alfabet memiliki tinggi yang berbeda-beda, namun secara optis keseluruhan huruf tersebut terlihat sama tinggi. Huruf yang memiliki bentuk lengkung dan segitiga lancip pada bagian teratas atau terbawah dari badan huruf akan memiliki bidang lebih dibandingkan dengan huruf yang memiliki bentuk datar. Apabila beberapa huruf tersebut dicetak secara berdampingan akan tercapai kesamaan tinggi secara optis.
Dalam kaitannya anatomi font maka ada beberapa istilah didalamnya, yaitu :
Penggunaan Jenis huruf (typeface) dan huruf (font) sering berkaitan, bagaimanapun, jenis huruf adalah perancangan karakter yang dipersatukan oleh sebuah kesamaan poperti secara visual, sementara itu font adalah satu perangkat lengkap karakter dari tiap pembuatan desain seseorang, ukuran, bentuk, atau tipe corak.
Semoga Anda menikamti artikel ini dan jangan lupa bergabung dengan teman-teman yang lain di Facebook AhliDesain, dan ikuti  Twitter saya. Jika Anda menyukai artikel-artikel dari saya jangan lupa untuk memasukkannya dalam subscribe ke ahlidesain RSS Feed.
Bila ada yang ditanyakan silakan isi pada komentar, saya akan mencoba menjawab secepat dan sebaik mungkin.
Pemanfaatan Tipografi untuk Membuat Layout Majalah, Koran dan Buku. Dalam sebuah buku (juga Koran maupun majalah) terdapat pengorganisasian halaman serta susunan organisasi dalam naskah. Dengan adanya pengorganisasian ini pembaca semakin mudah melihat alur pembacaan dan memudahkan dalam membaca.
Sekilas mengenai Tipografi : Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.
Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan.
Pada umumnya, pengorganisasiannya terdiri dari :
1. Judul Buku/Nama Majalah/Nama Koran.
2. Headline atau Judul Artikel bisa juga Judul Bab.
3. Subhead atau judul-judul bahasan dan subbahasan.

1. Main Title Judul Utama
Judul utama menjadi penentu bagi pembaca untuk mengenali jenis buku. Oleh karena itu, judul utama pada cover (buku atau majalah) harus eye catchy. Judul harus ditulis dengan kontras yang cukup kuat, bahkan bila perlu menggunakan ukuran yang besar, bentuk font yang sesuai, serta susunan tatanan huruf yang meanarik.

2. Menyusun Headlines dan Subhead
Headlines atau judul artikel berfungsi mengantarkan pandangan mata pembaca menuju teks pada artikel yang disajikan. Jika Headline tidak menarik, mungkin teks naskah tersebut tidak akan pernah dibaca orang. Itulah sebenarnya tugas dari seorang desainer, yakni mencuri perhatian pembaca agar bersedia membaca teks dalam artikel tersebut. Selain menarik perhatian, teknik lain di luar desain adalah dalam hal copy writing. Bunyi judul harus menggelitik. Ada teknik pemilihan kata yang bisa menggelitik perhatian orang untuk menyampaikan maksud Anda. Hal itu bisa Anda pelajari dalam buku-buku bertema “copy writing”.

3. Tip-Tip Memformat Headlines
a. Cara termudah untuk memformat Headline adalahd dengan memformat huruf pertama pada setiap kata menjadi huruf capital, sedangkan huruf berikutnya adalah huruf biasa. Susunan seperti itu memudahkan orang untuk membacanya.
b. Sementara itu, penggunaan huruf capital pada seluruh headlines akan kelihatan tradisional, selain juga lebih sulit dibaca. Oleh karena itu hindarilah tersebut.
c. Apabila headline membentang di atas beberapa kolom, usahakan agar bisa penuh hingga akhir lebar kolom tersebut. Hal itu akan membantu pembaca untuk memahami dengan mudah bahwa kolom-kolom tersebut berisi satu artikel yang sama.
d. Jika Headline terdiri lebih dari satu baris, jangan memotong suatu kosakata atau ungkapan yang mungkin akan menyebabkan kesalahan persepsi yang fatal bagi pembaca yang hanya membaca sekilas.
e. Jika beberapa Headlines terletak dalam satu baris pada sebuah halaman, Anda harus melakukan pengaturan agar pembaca tidak keliru membaca suatu baris Headline dengan menyeberang ke Headline di sebelahnya. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar terhindar dari hal tersebut :
  1. Membuat garis terpidah pada gutter untuk membatasi suatu artikel lain di sebelah kanannya.
  2. Membuat Header dengan ketebalan teks yang berbeda.
  3. Memasang gambar sebagai pemisah antara judul artikel pertama dan kedua.
  4. Jangan menggunakan titik di belakang Headline jika Anda menghendaki pemabaca membaca teks selanjutnya pada body teks karena titik menandakan stop.
  5. Headline bisa dibuat dengan tiga hingga empat point lebih besar dibandingkan body teks. Selain itu, gunakan style bold.

4. Tip-Tip Memformat Subhead
a. Subhead dibuat untuk menandai bagian level bahasan (yang berarti bagian yang lebih detail) dari suatu topik yang lebih rendah. Aturan yang berlaku pada Headline juga berlaku pada Subhead.
b. Ingatlah bahwa Subhead dan teks di bawahnya merupakan satu kesatuan unit. Oleh karena itu, berikan jarak cukup jauh (setidaknya dua kali lipat jarak dari paragraf di bawahnya) antara Subhead dengan teks sebelumnya yang berfungsi memisahkan unit sebelumnya.

Ilmu Grafis Desain Tutorial Tipografi kali ini membahas tentang bagaimana cara berkomunikasi visual dengan tipografi yg dipermudah oleh readibilty & legibility. Typography adalah andalan utama pekerja grafis dalam berkomunikasi visual. Segala hal di dunia ini akan berjalan baik jika komunikasi antara semua elemennya berjalan dengan baik. Bagaimana penggunaan tipografi sebagai perangkat komunikasi visual ?
Komunikasi terbangun oleh bahasa, dan bahasa didirikan oleh struktur-struktur yang merupakan susunan dari kata-kata dan elemen terkecil dari semua itu adalah tulisan yang mudah dibaca atau dimengerti dan merupakan rangkaian-rangkaian kode atau simbol yang ditampilkan dalam bentuk huruf-huruf.
Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia. Salah satu hukum persepsi dari teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negative yang disebut dengan ground.
Seperti di atas, bahwa huruf merupakan bagian terkecil dari struktur bahasa tulis dan merupakan elemen dasar untuk membangun sebuah kata atau kalimat. Rangkaian huruf dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja dapat memberikan suatu makna yang mengacu kepada sebuah objek ataupun gagasan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual. Huruf memiliki perpaduan nilai fungsional dan nilai estetika. Pengetahuan mengenai huruf dapat dipelajari dalam sebuah disiplin seni yang di sebut tipografi ( typography ).
Berkomunikasi secara visual dengan tipografi biasanya menggunakan :
  1. Tipeface
  2. Hierarki Visual
  3. Penggabungan Legibility dan Readibility
  4. Font Family
  5. Tipografi Mikro
  6. Tipografi Makro
  7. dlsb.

 

Tipeface

Typeface atau sering disingkat type yang berarti jenis huruf dalam komunikasi visual digunakan untuk membuat hierarki atau prioritas pembacaan. Sebagai contoh jika kita bandingkan Arial Black dan Times New Roman dalam ukuran yang sama, maka Arial Black akan cepat dibaca / diprioritaskan karena memiliki berat yang lebih serta tegas. Penggunaan jenis huruf dalam sebuah karya desain biasanya dibatasi sekitar tiga buah. Hal ini dilakukan agar visualisasi karya tidak rumit penanda visualnya.

 

Hierarky Visual

Dalam suatu publikasi sering kali diperlukan hierarki dalam penyusunan type. Tidak ada aturan baku dalam penyusunan tersebut karena dalam grafis modern senantiasa digali kemungkinan-kemungkinan baru yang lebih menantang serta dapat menarik perhatian responden atau target. Namun demikian, susunan hierarki tetap masih harus ada. Hanya saja hierarki itu perlu disusun berdasarkan alasan yang berbeda-beda hingga membentuk prioritas pembacaan. Hierarki visual disusun oleh tiga hal, yaitu : ukuran font, huruf kapital, dan jenis huruf.

 

Penggabungan Legibility dan Readibility

Legibility adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:
  1. Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan serif, kontras stroke, dan sebagainya.
  2. Penggunaan warna
  3. Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Keterbacaan / readability adalah tingkat kenyamanan suatu susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh:
  1. Jenis huruf
  2. Ukuran
  3. Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, kerning, perataan, dan sebagainya
  4. Kontras warna terhadap latar belakang
Jika digabungkan kedua hal tersebut maka akan ada kontribusi solusi penggunaan ilmu tipografi dalam membentuk komunikasi visual secara lebih baik.

 

Font Family

Font Family erat kaitannya dalam membuat hierarki visual dengan penggunaan tipeface berlebih. Hal ini bisa dilakukan karena jenis font adalah mirip atau mempunyai kesamaan tertentu. Perubahan berat dari struktur bentuk dasar huruf terletak pada perbandingan antara tinggi dari huruf yang tercetak dengan lebar stroke. Bila ditinjau dari berat huruf, maka anggota dari keluarga huruf ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok pokok, yaitu: light, regular dan bold. Secara lengkap dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: light, regular, semibold, bold dan Black. Setiap anggota keluarga huruf baik light, regular, dan bold memiliki kesamaan ciri fisik, namun dengan tampilnya perbedaan berat dapat memberikan dampak visual yang berbeda.
Seperti contoh, huruf bold karena ketebalannya memiliki potensi yang kuat dalam menarik perhatian mata. Biasanya kelompok huruf bold ini banyak sekali digunakan untuk judul (headline) sebuah naskah, baik untuk iklan, poster, maupun media terapan lainnya.

 

Tipografi Mikro

Adalah ilmu tipografi yang menyangkut tampilan visual rancangan huruf secara mendasar, seperti desain tata letak serta eksekusi-eksekusi visual yang terdiri dari perhitungan besar huruf, leading, dan kerning.

 

Tipografi Makro

Adalah ilmu tipografi yang menyangkut kepada pengintegrasian permasalahan strategi kreatif dari konsep desain, filosofi, kaitan huruf dengan sejarah, sasaran khalayak, serta penggunaan huruf sebagai sebuah solusi komunikasi.
Semoga Anda menikmati artikel ini dan jangan lupa bergabung dengan teman-teman yang lain di Facebook AhliDesain, dan ikuti  Twitter saya. Jika Anda menyukai artikel-artikel dari saya jangan lupa untuk memasukkannya dalam subscribe ke ahlidesain RSS Feed.
Bila ada yang ditanyakan, saran, tanggapan dan ide kreatif silakan isi pada komentar, saya akan mencoba menjawab secepat dan sebaik mungkin.
Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.
Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan.
Sejarah perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglif pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus.
Bentuk tipografi tersebut akhirnya berkembang sampai di Kreta, lalu menjalar ke Yunani dan akhirnya menyebar keseluruh Eropa.
Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad 8 SM di Roma saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa Romawi tidak memiliki sistem tulisan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan Etruska yang merupakan penduduk asli Italia serta menyempurnakannya sehingga terbentuk huruf-huruf Romawi.
Saat ini tipografi mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya.
Secara garis besar huruf-huruf digolongkan menjadi:
·  Roman, dengan ciri memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. Termasuk didalamnya times new roman.
·  Egyptian, dengan ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.
·  Serif, Jenis huruf ini memiliki garis-garis kecil yang disebut counterstrokepada ujung-ujung badan huruf. Garis-garis tersebut berdiri horisontal terhadap badan huruf. Huruf serif dikenal lebih mudah dibaca karena kaitnya tersebut menuntun pandangan pembaca membaca baris teks yang sedang dibacanya. Contoh: Times New Roman, Garamond, Book Antiqua, Bitstream Vera Serif, Palatino Linotype, Bookman Old Style, Calisto MT, Dutch, Euro Roman, Georgia, Pan Roman, Romantic, Souevenir, Super French dan lain-lain.
·  Sans Serif, dengan ciri tanpa sirip/serif, dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien. Jenis huruf ini tidak memiliki garis-garis kecil yang disebut counterstroke.
Huruf ini berkarakter streamline, fungsional, modern dan kontemporer.
Contoh: Arial, Futura, Avant Garde, Bitstream Vera Sans, Century Gothic
dan lain sebagainya.
·  Script, merupakan goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.
·  Miscellaneous, merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental. Biasa disebut decoratif font.

Legibility dan Keterbacaan
Legibility adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:
·  Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan serif, kontras stroke, dan sebagainya.
·  Penggunaan warna
·  Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Dalam buku The Graphics of
Communication, Francis Meynell, seperti dikutip oleh Ruari
Maclean mengatakan tentang legibility sebagai
berikut:
By legibility, I mean a proper observance in all infinite detail of that principle of order and conversion which is the basis of written communication. Printing is the vehicle, legibility is the well-greased bearinng that allows the whells of sense to revolve without squelling.
Legibility adalah tampilan yang layak atau pantas dari dasar-dasara turan dan kebiasaan dalam semua detil/rincian yang tak terbatas dan menjadi
dasar komunikasi tertulis. Cetakan adalah kendaraan/sarana keterbacaan adalah peluru sendi yang dilumasi dengan baik sehingga memungkinkan roda-roda perasaan berputar tanpa berdecit.
Keterbacaan / readability adalah tingkat kenyamanan suatu susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh:
·  Jenis huruf
·  Ukuran
·  Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, kerning, perataan, dan sebagainya
·  Kontras warna terhadap latar belakang

Gambar susunan huruf yang bisa ditebak artinya atau lebih tepat tafsiran dari tiap bentuk hurufnya seperti berturut-turut yaitu hutuf: p , e, n, y, a, m, dan seterusnya sekalipun hanya bisa dicerna secara kognitif

Referensi
1. Russell N. Arthur, T Turnbull, The Graphics of Communications, 5ed. Holt Rinehart Winston, 1987
2. http://www.microsoft.com/typography/
3. http://www.adobe.com/support/techguides/printpublishing/typography_basics/letterform_anatomy/main.html
4. http://www.identifont.com/
5. http://webtypography.net/
6. http://www.davont.com/
7. http://www.1001fonts.com
8. Ruari Maclean, Typography, Manual of Style, Houder and Staton,1980
9. wikipedia.org