“Mahasiswa itu merupakan pelajar di luar kampus, ‘ruh’ nya
adalah mampu memecahkan teori menjadi hal nyata, dialami dan diamalkan. ”
Ya, di tengah pola pengajaran koservatif di dalam kelas,
saya mencoba sesekali mengajar di lapang parkir yang masih ada rerumputan. Itu
didasari atas kebiasaan saya waktu kuliah sekitar tahun 1998an untuk tidak diam
setiap waktu luang datang, dengan berjualan baju atau kerajinan di depan jalan
raya yang masih banyak ruang kosong. Juga, setiap hari libur berhubung teman
dari berbagai daerah, supaya setiap pulang membawa barang hasil bumi yang orang
tua mereka tanam atau kerajinan untuk dijual jika kembali ke kosan. Misalnya,
melinjo dan petai dari Cilegon Banten serta sandal tarumpah, baju koko, mukena,
dan gamis dari Tasikmalaya. Indahnya. Laba yang kami usahkan bisa untuk belanja
kebutuhan sehari-hari. Imbasnya juga ketika jadi editor dan penata letak
naskah, ketika teman-teman di redaksi koreksi naskah, baca koran, kadang-kadang
ketiduran sampai tiba waktu pulang, saya malah memanfaatkan waktu jenuh
daripada tidur pergi ke bagian lain seperti pemasaran, distribusi, dan
produksi.
Berlanjut dari cerita tersebut, zaman begitu cepat berubah.
Adanya keharusan yang sangat mengikat dan terealisasi secara cepat bagi
mahasiswa untuk berwirausaha atau pekerja yang punya daya saing, menuntut saya
sebagai pengajar untuk mengimplementasikan secara cermat teori dan desain yang
mereka buat. Itulah salah satu esensi
dari mata kuliah yang saya ajarkan, tipografi dan desktop publishing.
Oleh sebab itu, kami berencana pada akhir bulan April 2010 melakukan
tur unik, yaitu menjambangi beberapa usahawan menengah dan kecil, yang tanpa
disadari turut serta membangun kualitas prima dan berkesinambungan dalam usaha
penerbitan buku dan percetakan. Hasil yang diharapkan, yaitu agar mahasiswa
meneliti: (a) perkembangan tentang teknik, kualitas, dan desain cetak yang
sekarang sudah sangat maju; (b) penerbitan buku kaitannya dengan tren e-book
sekarang; (c) estimasi biaya produksi sebuah produk cetak, serta (d) strategi
gemar “membaca” yang pada dasarnya tidak hanya untuk buku saja tetapi kebiasaan
membaca kain rentang (spanduk), brosur, dan bentuk-bentuk lain yang pada
akhirnya menginspirasi untuk membaca buku.
Tur unik ini, di antaranya ke beberapa usaha berikut.
- Toko buku Indipenden di Bandung, di antaranya:
- Perpustakaan Rumah Buku yang menyediakan banyak buku-buku luar negeri yang bisa mengispirasi mahasiwa untuk . Uniknya rumah buku ini, tiap hari dibuka pukul 4 sore sampai pukul 7 malam. Ketika ditanya mengapa bukanya cuman 3 jam dan pada sore hari? Mereka menjawab bahwa yang datang ke tokonya kebanyakan merupakan anggota tetap dan sudah bekerja. Selain itu, jika yang datang lebih dari 1 jam akan ditawari minum kopi gratis.
- Zentech dan Polar Repro yang merupakan basis produksi film cetak, digital print terbaru (mereka punya printer yang bisa mencetak langsung di berbagai jenis bahan, misalnya kaca, triplek, plastik, dll).
- masih dipikirkan:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar