AKHIR-AKHIR ini istilah “depresi” menjadi kian sering dibicarakan, baik di lingkungan terdekat kampung kita maupun di tingkat nasional. Bahkan ada peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang disponsori World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia. Tujuan mereka memperingati hari kesehatan jiwa yaitu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan jiwa, bukan hanya raga.
Depresi adalah
suatu keadaan di mana kondisi jiwa mengalami tekanan yang hebat. Keadaan jiwa
seseorang selalu dipenuhi rasa kecewa, sedih, menyesal, ingin mengakhiri hidup,
marah yang terpendam, dan keadaan psikologi tidak menyenangkan lainnya.
Depresi adalah
tingkat lebih parah dari stres. Oleh karena itu, untuk menghindari depresi
secara dini yaitu dengan mengatasi stres terlebih dahulu.
Manusia
sebenarnya mempunyai cara masing-masing untuk mengatasi stres. Ada yang
menyalurkan stres dengan cara yang positif maupun negatif. Penyaluran stres
dengan cara positif antara lain bisa dilakukan dengan beribadah, bernyanyi,
menari, melukis, membaca buku, menggambar, dan segudang aktivitas positif
lainnya.
Biasanya,
aktivitas seni memang lebih baik karena seni adalah cerminan kehalusan jiwa
seseorang. Banyak orang di dunia ini yang berhasil menyalurkan rasa stres yang
dideritanya dengan cara positif dan bahkan meraih prestasi.
Ada pula yang
menunjukkan perilaku negatif karena tidak mampu mengatasi stres. Dari mulai
mabuk-mabukan, mengonsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang, berperilaku
seksual menyimpang, kebut-kebutan di jalan raya sehingga menimbulkan
kebisingan, berkelahi, dan lainnya. Jika manusia sudah terjebak dengan perilaku
negatif seperti ini, maka tak jarang yang terjebak dalam dunia kriminal.
Pengelolaan
stres dapat dilatih sejak usia dini dari mulai pendidikan dalam keluarga.
Perlakuan orangtua terhadap anak-anak berpengaruh besar dalam membentuk
kemampuan seorang anak mengatasi stres hingga ia dewasa kelak.
Didik anak
dengan penuh welas asih, tanpa kekerasan dan tanpa bahasa yang kasar. Tegur
anak jika melakukan kesalahan secara tidak berlebihan. Jangan sampai membuat
dia merasa tidak berharga yang ujungnya ia akan merasa tidak percaya diri.
Jika tidak
dicegah sedari dini, perilaku stres dapat menular dan menjadi dianggap umum dan
lumrah. Masyarakat yang depresi ditandai dengan sikap membiarkan terhadap
perilaku negatif, penuh dengan kata-kata kasar dan perilaku kekerasan, buntu
pikiran, dan gampang marah atau tersulut emosinya.
Perilaku depresi
yang tadinya terjadi pada individu atau perorangan, dapat menjadi depresi
secara massal. Hal ini sangat mengerikan jika terus didiamkan. Siapapun kita,
baik yang kini masih menjadi siswa sekolah atau sudah menjadi orangtua dan
dewasa, sepatutnya lah menjaga kesehatan jiwa dimulai dengan hal-hal terkecil
di sekitar kita.
Tersenyumlah dan
penuh welas asih, sabar dalam menghadapi cobaan, hindari perilaku kasar dan
kekerasan, hindari minuman beralkohol, hindari narkotika dan obat-obatan, hentikan
perilaku seksual yang menyimpang, hentikan membuang sampah sembarangan, tengok
tetangga yang sedang sakit, serta bantu dan hargai orangtua dan anak-anak kecil
di sekitar kita. Insya Allah dengan berbuat baik justru kita tengah melakukan
terapi atas potensi serangan stres yang bertubi-tubi. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar