Kamis, 21 Maret 2013
Blok M Book
Sebuah harapan sewindu yang lalu, Blok M Book. Membuat ruang
baca di kawasan rumah susun tertua di Bandung, dibilangan Sarijadi. Nama Blok M
disematkan karena ruangbaca tersebut berada di rusun blok M. Ya, kini tinggal
kenangan. Akan tetapi, setidaknya saya sudah bergerak untuk menanamkan budaya
baca di rusun tersebut. Saya merasa tertarik untuk membuka ruangbaca ini
dikarenakan pada waktu itu Bandung dilanda demo besar-besaran mengenai ribuan
karyawan IPTN yang di-PHK. Dan, rusun ini kebanyakan dihuni oleh para karyawan
tersebut yang kemudian efek setali tiga uang anak-anak mereka terlantar.
Ironisnya, pas pembukaan ruangbaca Blok M Book ini saya resign kerja dari
perusahaan penerbitan yang bias dibilang besar di Indonesia. Hell yeah brow…
Nusantara Bandung Library
Yeah, membaca Kompas Suplemen Jawa Barat, tentang adanya
wacana pengubahan Plasa Nusantara, tempat saya nonton film bioskop serta tempat
di mana sepuluh hari sebelum Lebaran untuk berbelanja 20 tahun ke belakang,
menjadi perpustakaan, sangat menarik. Apa sebab? Ketika pemetaan pusat
perbelanjaan di Kota Bandung menjadi tersebar, saatnya lah pola pengolaan pusat
kota menjadi kreatif, melihat ke belakang untuk maju ke depan. Bandung adalah
salah satu kota pendidikan, kota sejarah, dan juga kota ekonomi kreatif. Disaat
hariwangnya institusi pendidikan
terutama universitas akan banyaknya lulusan yang menganggur, tibalah
saatnya—walaupun agak terlambat—untuk mengubah salah satu gedung yang dimiliki
Pemkot Bandung, Plasa Nusantara, menjadi Perpustakaan Nusantara. Ya, dengan
luasnya areal serta tempat yang strategis berhadapan dengan Taman Mesjid Agung,
Pendopo Walikota Bandung, serta di sekelilingnya pusat perbelanjaan, tidak
menutup kemungkinan kawan lama tempat nongkrong yang paling asoy kembali marak. Itu pada akhirnya
juga meningkatkan pendapatan daerah dari berbagai aspek. Lebih jauh berpikir ke
depan jika budaya baca melalui letak perpustakaan yang strategis ini
terealisasi, tidak menutup kemungkinan para pengusaha/pedagang baru bermunculan
dengan lebih beretika dan profesional, mahasiswa bisa memanfaatkan salah satu space yang ada untuk berdiskusi serta
realisasinya di era perdagangan bebas ini, masyarakat bisa membaca buku secara
nyaman. Juga, terutama bagi para guru, dosen, serta program pemerintah yang
mengobarkan semangat ini secara membumi ke masyarakat.
Tak terbantahkan, seperti dikutip oleh
Mas Putut Widjanarko, seorang alumnus Fisika ITB, dalam bukunya Elegi Gutenberg: Memposisikan Buku di Era
Cyberspace bahwa, “…, diri pribadi yang bertafakur tergusur diterpa
kemeriahan kebudayaan semua-elektronik. Akibat lain, adalah tergerusnya bahasa.
Kompleksitas, parodi, ironi, ambiguitas, kekayaan dan kelembutan bahasa
menghilang. Digantikan oleh bahasa robotik, teknis, langsung, sederhana, dan
tergesa-gesa. Bahkan, perspektif sejarah orang pun mendangkal. Itu dikarenakan
kesinambungan sejarah, dalam batas tertentu, dapat dilihat secara fisik dari
akumulasi jumlah buku di perpustakaan. Semakin banyak bukunya, semakin jauh
kita bisa tarik sejarah ke belakang. Buku, tak ubahnya, seperti penyambung ke
masa lampau. Sekali penyambung itu putus, masa lalu pun menjadi memudar. Data base dan internet, sebaliknya,
menghilangkan kepekaan terhadap kronologi, kepekaan terhadap garis waktu. (Dan hal
itu, takapa jika budaya baca bersama sama melaju kencangnya—penulis).”
Akhirnya, takaneh jika seorang pekerja
Indonesia di Tokyo Jepang, waktu libur membawa keluarganya ke perpustakaan
nasional di sana. Kenapa gerangan? Ternyata perpustakaan di sana layaknya
seperti tempat wisata. Selain tempatnya di pusat kota, pembaca bisa sesuka hati
membaca bahkan sambil duduk di lantai/kursi/karpet yang nyaman, bercengkrama
bersama keluarga. Juga, Anda mungkin terheran heran jika datang ke perpustakaan
terbesar di dunia, Library of Congres, AS. Perpustakaan ini didirikan tahun
1800, yang menyimpan 108 juta terbitan. Panjang rak perpustakaan ini sekitar
851 kilometer dan mempekerjakan 4.700 karyawan. Lalu bagaimana Bandung? Dalam
hal ini saya sangat mengapresiasi STT Telkom, karena banyak menerbitkan buku
internal bagi mahasiswa padahal institusi pendidikannya merupakan barometer
ilmu teknologi informasi di Indonesia, serta perpustakaannya yang ciamik.
Dani R. Hasanudin
Dosen Tipografi
dan Desktop Publishing
pada
Program DIII Penerbitan (Editing)
Fakultas Ilmu
Budaya Unpad
Bekerja
di Penerbit Balatin Pratama
Tipografi
Anatomi Font Huruf pada Tipografi dipakai sebagai pengidentifikasi
klasifikasi font juga untuk membuat font baru. Langkah awal untuk mempelajari tipografi adalah mengenali atau memahami anatomi huruf. Gabungan
seluruh komponen dari suatu huruf merupakan identifikasi visual yang dapat
membedakan antar huruf yang satu dengan yang lain.
Apabila kita telah memahami anatomi huruf secara baik, dengan mudah kita
dapat mengenal sifat dan karakteristik dari setiap jenis huruf. Berikut adalah
terminologi yang umum digunakan dalam penamaan setiap komponen visual yang
terstruktur dalam fisik huruf.
Setiap individu huruf, angka, dan tanda baca dalam tipografi disebut sebagai character. Seluruh
character secara optis rata dengan baseline. Tinggi dari badan huruf kecil
secara optis rata dengan x-height. Setiap character apakah huruf besar atau
kecil memiliki batang (stem) yang pada bagian ujung-ujungnya dapat ditemukan
beberapa garis akhir sebagai penutup yang disebut terminal. Pada dasarnya
setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan garis (strokes) yang
terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar (basic stroke) dan guratan garis
sekunder (secondary stroke).
Apabila ditinjau dari sudut geometri, maka garis dasar yang mendominasi
struktur huruf dalam alfabet dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu:
- Kelompok garis tegak-datar; EFHIL
- Kelompok garis tegak-miring; AKMNVZXYW
- Kelompok garis tegak-lengkung; BDGJPRU
- Kelompok garis lengkung; COQS
Huruf memiliki dua ruang dasar bila ditinjau dalam hukum persepsi dari
teori Gestalt, yaitu figure dan ground. Apabila kita menelaah keberadaan ruang
negatif dari seluruh huruf maka secara garis besar dapat dipecah menjadi tiga
kelompok, yaitu:
- Ruang negatif bersudut lengkung; BCDGOPQRSU
- Ruang negatif bersudut persegi-empat, EFHILT
- Ruang negatif bersudut persegi-tiga, AKMNVWXYZ
Perhitungan tinggi fisik huruf memiliki azas optikal-matematis, dalam
pengertian bahwa dalam perhitungan angka, beberapa huruf dalam alfabet memiliki
tinggi yang berbeda-beda, namun secara optis keseluruhan huruf tersebut
terlihat sama tinggi. Huruf yang memiliki bentuk lengkung dan segitiga lancip
pada bagian teratas atau terbawah dari badan huruf akan memiliki bidang lebih
dibandingkan dengan huruf yang memiliki bentuk datar. Apabila beberapa huruf
tersebut dicetak secara berdampingan akan tercapai kesamaan tinggi secara
optis.
Dalam kaitannya anatomi font maka ada beberapa istilah didalamnya, yaitu :
Penggunaan
Jenis huruf (typeface) dan huruf (font) sering berkaitan, bagaimanapun, jenis huruf
adalah perancangan karakter yang dipersatukan oleh sebuah kesamaan poperti
secara visual, sementara itu font adalah satu perangkat lengkap karakter dari
tiap pembuatan desain seseorang, ukuran, bentuk, atau tipe corak.
Semoga
Anda menikamti artikel ini dan jangan lupa bergabung dengan teman-teman yang
lain di Facebook AhliDesain,
dan ikuti Twitter saya. Jika Anda
menyukai artikel-artikel dari saya jangan lupa untuk memasukkannya dalam
subscribe ke ahlidesain RSS Feed.
Bila
ada yang ditanyakan silakan isi pada komentar, saya akan
mencoba menjawab secepat dan sebaik mungkin.
Pemanfaatan Tipografi untuk Membuat Layout Majalah,
Koran dan Buku. Dalam sebuah buku (juga Koran maupun majalah)
terdapat pengorganisasian halaman serta susunan organisasi dalam naskah. Dengan
adanya pengorganisasian ini pembaca semakin mudah melihat alur pembacaan dan
memudahkan dalam membaca.
Sekilas mengenai Tipografi : Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih
dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang
tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca
untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.
Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang
menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf sebagai lambang
bunyi bisa diabaikan.
Pada umumnya, pengorganisasiannya terdiri dari :
1. Judul
Buku/Nama Majalah/Nama Koran.
2. Headline atau Judul Artikel bisa juga Judul Bab.
3. Subhead atau judul-judul bahasan dan subbahasan.
2. Headline atau Judul Artikel bisa juga Judul Bab.
3. Subhead atau judul-judul bahasan dan subbahasan.
1. Main Title Judul Utama
Judul utama menjadi penentu bagi pembaca untuk mengenali jenis buku. Oleh
karena itu, judul utama pada cover (buku atau majalah) harus eye catchy. Judul
harus ditulis dengan kontras yang cukup kuat, bahkan bila perlu menggunakan
ukuran yang besar, bentuk font yang sesuai, serta susunan tatanan huruf yang
meanarik.
2. Menyusun Headlines dan Subhead
Headlines atau judul artikel berfungsi mengantarkan pandangan mata pembaca
menuju teks pada artikel yang disajikan. Jika Headline tidak menarik, mungkin
teks naskah tersebut tidak akan pernah dibaca orang. Itulah sebenarnya tugas
dari seorang desainer, yakni mencuri perhatian pembaca agar bersedia membaca
teks dalam artikel tersebut. Selain menarik perhatian, teknik lain di luar desain adalah dalam
hal copy writing. Bunyi judul harus menggelitik. Ada teknik pemilihan kata yang bisa
menggelitik perhatian orang untuk menyampaikan maksud Anda. Hal itu bisa Anda
pelajari dalam buku-buku bertema “copy writing”.
3. Tip-Tip Memformat Headlines
a. Cara termudah untuk memformat Headline adalahd dengan memformat huruf
pertama pada setiap kata menjadi huruf capital, sedangkan huruf berikutnya
adalah huruf biasa. Susunan seperti itu memudahkan orang untuk membacanya.
b. Sementara itu, penggunaan huruf capital pada seluruh headlines akan
kelihatan tradisional, selain juga lebih sulit dibaca. Oleh karena itu
hindarilah tersebut.
c. Apabila headline membentang di atas beberapa kolom, usahakan agar bisa
penuh hingga akhir lebar kolom tersebut. Hal itu akan membantu pembaca untuk
memahami dengan mudah bahwa kolom-kolom tersebut berisi satu artikel yang sama.
d. Jika Headline terdiri lebih dari satu baris, jangan memotong suatu
kosakata atau ungkapan yang mungkin akan menyebabkan kesalahan persepsi yang
fatal bagi pembaca yang hanya membaca sekilas.
e. Jika beberapa Headlines terletak dalam satu baris pada sebuah halaman,
Anda harus melakukan pengaturan agar pembaca tidak keliru membaca suatu baris
Headline dengan menyeberang ke Headline di sebelahnya. Ada beberapa usaha yang
dapat dilakukan agar terhindar dari hal tersebut :
- Membuat garis terpidah pada gutter untuk membatasi suatu artikel lain di sebelah kanannya.
- Membuat Header dengan ketebalan teks yang berbeda.
- Memasang gambar sebagai pemisah antara judul artikel pertama dan kedua.
- Jangan menggunakan titik di belakang Headline jika Anda menghendaki pemabaca membaca teks selanjutnya pada body teks karena titik menandakan stop.
- Headline bisa dibuat dengan tiga hingga empat point lebih besar dibandingkan body teks. Selain itu, gunakan style bold.
4. Tip-Tip Memformat Subhead
a. Subhead dibuat untuk menandai bagian level bahasan (yang berarti bagian
yang lebih detail) dari suatu topik yang lebih rendah. Aturan yang berlaku pada
Headline juga berlaku pada Subhead.
b. Ingatlah bahwa Subhead dan teks di bawahnya merupakan satu kesatuan
unit. Oleh karena itu, berikan jarak cukup jauh (setidaknya dua kali lipat
jarak dari paragraf di bawahnya) antara Subhead dengan teks sebelumnya yang
berfungsi memisahkan unit sebelumnya.
Ilmu Grafis
Desain Tutorial Tipografi kali ini membahas tentang
bagaimana cara berkomunikasi visual dengan tipografi
yg dipermudah oleh readibilty & legibility. Typography adalah andalan utama
pekerja grafis dalam berkomunikasi visual. Segala hal di dunia ini akan
berjalan baik jika komunikasi antara semua elemennya berjalan dengan baik.
Bagaimana penggunaan tipografi sebagai perangkat komunikasi visual ?
Komunikasi
terbangun oleh bahasa, dan bahasa didirikan oleh struktur-struktur yang
merupakan susunan dari kata-kata dan elemen terkecil dari semua itu adalah
tulisan yang mudah dibaca atau dimengerti dan merupakan rangkaian-rangkaian
kode atau simbol yang ditampilkan dalam bentuk huruf-huruf.
Setiap
bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata
kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’.
Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900
memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini
berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia. Salah satu hukum
persepsi dari teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah
gambar diperlukan adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan
figure dan ruang negative yang disebut dengan ground.
Seperti
di atas, bahwa huruf merupakan bagian terkecil dari struktur bahasa tulis dan
merupakan elemen dasar untuk membangun sebuah kata atau kalimat. Rangkaian
huruf dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja dapat memberikan suatu makna
yang mengacu kepada sebuah objek ataupun gagasan, tetapi juga memiliki
kemampuan untuk menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual. Huruf
memiliki perpaduan nilai fungsional dan nilai estetika. Pengetahuan mengenai
huruf dapat dipelajari dalam sebuah disiplin seni yang di sebut tipografi ( typography ).
Berkomunikasi
secara visual dengan tipografi biasanya menggunakan :
- Tipeface
- Hierarki Visual
- Penggabungan Legibility dan Readibility
- Font Family
- Tipografi Mikro
- Tipografi Makro
- dlsb.
Tipeface
Typeface
atau sering disingkat type yang berarti jenis huruf dalam komunikasi visual
digunakan untuk membuat hierarki atau prioritas pembacaan. Sebagai contoh jika
kita bandingkan Arial Black dan Times New Roman dalam ukuran yang sama, maka
Arial Black akan cepat dibaca / diprioritaskan karena memiliki berat yang lebih
serta tegas. Penggunaan jenis huruf dalam sebuah karya desain biasanya dibatasi
sekitar tiga buah. Hal ini dilakukan agar visualisasi karya tidak rumit penanda
visualnya.
Hierarky Visual
Dalam
suatu publikasi sering kali diperlukan hierarki dalam penyusunan type. Tidak
ada aturan baku dalam penyusunan tersebut karena dalam grafis modern senantiasa
digali kemungkinan-kemungkinan baru yang lebih menantang serta dapat menarik
perhatian responden atau target. Namun demikian, susunan hierarki tetap masih
harus ada. Hanya saja hierarki itu perlu disusun berdasarkan alasan yang
berbeda-beda hingga membentuk prioritas pembacaan. Hierarki visual disusun oleh
tiga hal, yaitu : ukuran font, huruf kapital, dan jenis huruf.
Penggabungan Legibility dan Readibility
Legibility adalah tingkat kemudahan mata
mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan
oleh:
- Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan serif, kontras stroke, dan sebagainya.
- Penggunaan warna
- Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Keterbacaan /
readability adalah tingkat kenyamanan suatu
susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh:
- Jenis huruf
- Ukuran
- Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, kerning, perataan, dan sebagainya
- Kontras warna terhadap latar belakang
Jika
digabungkan kedua hal tersebut maka akan ada kontribusi solusi penggunaan ilmu tipografi
dalam membentuk komunikasi visual secara lebih baik.
Font Family
Font
Family erat kaitannya dalam membuat hierarki visual dengan penggunaan tipeface
berlebih. Hal ini bisa dilakukan karena jenis font adalah mirip atau mempunyai
kesamaan tertentu. Perubahan berat dari struktur bentuk dasar huruf terletak
pada perbandingan antara tinggi dari huruf yang tercetak dengan lebar stroke.
Bila ditinjau dari berat huruf, maka anggota dari keluarga huruf ini dapat
dibagi menjadi tiga kelompok pokok, yaitu: light, regular dan bold.
Secara lengkap dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: light, regular,
semibold, bold dan Black. Setiap anggota keluarga
huruf baik light, regular, dan bold memiliki kesamaan ciri fisik, namun dengan
tampilnya perbedaan berat dapat memberikan dampak visual yang berbeda.
Seperti
contoh, huruf bold karena ketebalannya memiliki potensi yang kuat dalam menarik
perhatian mata. Biasanya kelompok huruf bold ini banyak sekali digunakan untuk
judul (headline) sebuah naskah, baik untuk iklan, poster, maupun media terapan
lainnya.
Tipografi Mikro
Adalah
ilmu tipografi
yang menyangkut tampilan visual rancangan huruf secara mendasar, seperti desain
tata letak serta eksekusi-eksekusi visual yang terdiri dari perhitungan besar huruf, leading, dan kerning.
Tipografi Makro
Adalah
ilmu tipografi
yang menyangkut kepada pengintegrasian permasalahan strategi kreatif dari
konsep desain, filosofi, kaitan huruf dengan sejarah, sasaran khalayak, serta
penggunaan huruf sebagai sebuah solusi komunikasi.
Semoga
Anda menikmati artikel ini dan jangan lupa bergabung dengan teman-teman yang
lain di Facebook AhliDesain,
dan ikuti Twitter saya. Jika Anda
menyukai artikel-artikel dari saya jangan lupa untuk memasukkannya dalam
subscribe ke ahlidesain RSS Feed.
Bila
ada yang ditanyakan, saran, tanggapan dan ide kreatif silakan isi pada
komentar, saya akan mencoba menjawab secepat dan sebaik mungkin.
Tipografi
merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan
penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu,
sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal
mungkin.
Dikenal
pula seni tipografi,
yaitu karya atau desain yang menggunakan pengaturan huruf sebagai elemen utama.
Dalam seni tipografi,
pengertian huruf sebagai lambang bunyi bisa diabaikan.
Sejarah
perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa
ini antara lain dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di
Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglif pada
sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang
mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus.
Bentuk
tipografi
tersebut akhirnya berkembang sampai di Kreta, lalu menjalar ke Yunani dan
akhirnya menyebar keseluruh Eropa.
Puncak perkembangan tipografi,
terjadi kurang lebih pada abad 8 SM di Roma saat orang Romawi mulai membentuk
kekuasaannya. Karena bangsa Romawi tidak memiliki sistem tulisan sendiri,
mereka mempelajari sistem tulisan Etruska yang merupakan penduduk asli Italia
serta menyempurnakannya sehingga terbentuk huruf-huruf Romawi.
Saat ini tipografi
mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan hingga mengalami
komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi
menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf
yang ratusan jumlahnya.
Secara garis besar
huruf-huruf digolongkan menjadi:
· Roman, dengan
ciri memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Kesan yang
ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. Termasuk
didalamnya times new roman.
· Egyptian,
dengan ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan
ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh,
kuat, kekar dan stabil.
· Serif, Jenis
huruf ini memiliki garis-garis kecil yang disebut counterstrokepada ujung-ujung
badan huruf. Garis-garis tersebut berdiri horisontal terhadap badan huruf.
Huruf serif dikenal lebih mudah dibaca karena kaitnya tersebut menuntun
pandangan pembaca membaca baris teks yang sedang dibacanya. Contoh: Times New
Roman, Garamond, Book Antiqua, Bitstream Vera Serif, Palatino Linotype, Bookman
Old Style, Calisto MT, Dutch, Euro Roman, Georgia, Pan Roman, Romantic,
Souevenir, Super French dan lain-lain.
· Sans Serif,
dengan ciri tanpa sirip/serif, dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau
hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern,
kontemporer dan efisien. Jenis huruf ini tidak memiliki garis-garis kecil yang
disebut counterstroke.
Huruf ini berkarakter streamline, fungsional, modern dan kontemporer.
Contoh: Arial, Futura, Avant Garde, Bitstream Vera Sans, Century Gothic
dan lain sebagainya.
Huruf ini berkarakter streamline, fungsional, modern dan kontemporer.
Contoh: Arial, Futura, Avant Garde, Bitstream Vera Sans, Century Gothic
dan lain sebagainya.
· Script,
merupakan goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam
dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi
dan akrab.
· Miscellaneous,
merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan
ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan
ornamental. Biasa disebut decoratif font.
Legibility
dan Keterbacaan
Legibility adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:
Legibility adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:
· Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan
serif, kontras stroke, dan sebagainya.
· Penggunaan warna
· Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut
dalam kehidupan sehari-hari
Dalam buku The
Graphics of
Communication, Francis Meynell, seperti dikutip oleh Ruari
Maclean mengatakan tentang legibility sebagai
berikut:
Communication, Francis Meynell, seperti dikutip oleh Ruari
Maclean mengatakan tentang legibility sebagai
berikut:
By legibility, I mean
a proper observance in all infinite detail of that principle of order and
conversion which is the basis of written communication. Printing is the
vehicle, legibility is the well-greased bearinng that allows the whells of
sense to revolve without squelling.
Legibility adalah
tampilan yang layak atau pantas dari dasar-dasara turan dan kebiasaan dalam
semua detil/rincian yang tak terbatas dan menjadi
dasar komunikasi tertulis. Cetakan adalah kendaraan/sarana keterbacaan adalah peluru sendi yang dilumasi dengan baik sehingga memungkinkan roda-roda perasaan berputar tanpa berdecit.
dasar komunikasi tertulis. Cetakan adalah kendaraan/sarana keterbacaan adalah peluru sendi yang dilumasi dengan baik sehingga memungkinkan roda-roda perasaan berputar tanpa berdecit.
Keterbacaan /
readability adalah tingkat kenyamanan suatu susunan huruf saat dibaca, yang
dipengaruhi oleh:
· Jenis huruf
· Ukuran
· Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi,
kerning, perataan, dan sebagainya
· Kontras warna terhadap latar
belakang
Gambar susunan huruf yang bisa ditebak artinya atau lebih tepat tafsiran dari tiap bentuk hurufnya seperti berturut-turut yaitu hutuf: p , e, n, y, a, m, dan seterusnya sekalipun hanya bisa dicerna secara kognitif
Referensi
1. Russell N. Arthur, T Turnbull, The Graphics of Communications, 5ed. Holt Rinehart Winston, 1987
2. http://www.microsoft.com/typography/
3. http://www.adobe.com/support/techguides/printpublishing/typography_basics/letterform_anatomy/main.html
4. http://www.identifont.com/
5. http://webtypography.net/
6. http://www.davont.com/
7. http://www.1001fonts.com
8. Ruari Maclean, Typography, Manual of Style, Houder and Staton,1980
9. wikipedia.org
1. Russell N. Arthur, T Turnbull, The Graphics of Communications, 5ed. Holt Rinehart Winston, 1987
2. http://www.microsoft.com/typography/
3. http://www.adobe.com/support/techguides/printpublishing/typography_basics/letterform_anatomy/main.html
4. http://www.identifont.com/
5. http://webtypography.net/
6. http://www.davont.com/
7. http://www.1001fonts.com
8. Ruari Maclean, Typography, Manual of Style, Houder and Staton,1980
9. wikipedia.org
Langganan:
Postingan (Atom)